Dunia yang kita tinggali mungkin memang benar-benar tampak berbeda bagi setiap manusia. Ada yang selalu bahagia, ada yang selalu bersedih. Ada yang selalu melihat keteraturan, ada yang selalu melihat kesemrawutan. Ada yang selalu mencium wewangian, ada yang sudah terbiasa dengan bau kotoran. Sungguh tiap manusia punya sudut pandang yang berbeda tentang dunia ini.
Beberapa hari yang lalu, kami mencoba sebuah mode transportasi di Jabodetabek yang untuk pertama kalinya ingin kami rasakan. Naik KRL Ekonomi. Sebenarnya dari awal, rekan-rekan kami sudah memperingatkan tentang ketidaknyamanan yang akan kami rasakan disana, seperti resiko kejahatan dan keamanan. Tapi kami tetap ingin mencoba. Dan kami tak menyesal, karena dari sana kami menemukan pelajaran penting. Bahwa dunia yang kami lihat adalah sangat sempit, diluar sana masih banyak dunia lain yang belum kami kenal.
Berikut kejutan-kejutan yang kami dapatkan:
1. Orang-orang cacat.
Sungguh kami merasakan rasa syukur yang melimpah saat melihat orang-orang cacat meminta-minta. Mulai dari sekedar kakinya pincang, buta hingga luka bakar di sekujur tubuhnya. Ya Tuhan, kami memang tak begitu mengerti tentang arti keadilan di hadapanMu. Tapi kami bersyukur karena telah memberikan nikmat yang berlimpah pada kami.
Dan yang paling teringat di kepala adalah seorang bisu yang mencoba mengamen sambil bernyanyi? Hah? BISU tetapi mau bernyanyi? Kami tak bisa menggambarkan perasaan kami saat itu mendengar nyanyian suara parau dan tak jelas. Tapi tahukah anda? Beberapa penumpang menertawakan pengamen itu bahkan meniru-niru cara bernyanyi si bisu itu, sambil meledek.
2. Pasar berjalan.
Teringat seorang kenalan, ia seorang ibu yang berjuang demi anaknya. Ia pernah berkata, "apapun yang bisa kami jual, akan kami jual demi anakku." Itu sama dengan KRL Ekonami. Apapun yang kita butuhkan mungkin akan dijual disana.
Mulai minuman (es, air mineral, soda, kolak), makanan (kacang, nasi, roti), buah-buahan (melon, jambu, salak dll), pulsa, handphone bekas, anti gores / headset, kursi lipat, kipas, pewangi ruangan, topi, tas kecil, buku, koran dan tabloid, pulpen, masker, pakaian anak, boneka, pisau/belati/gunting, dompet hingga kacamata / jam tangan.
Semuanya ada, semuanya penjualnya berteriak menawarkan. Riuh menyatu dengan kebisingan suara deru angin dan derak rel dengan roda kereta.
Resiko Berbahaya KRL Ekonomi |
3. Kaum kelas bawah.
Jika kita memakai kemeja yang sedikit mahal, kita akan tampak sangat menonjol. Kebanyakan dari mereka berpakaian compang-camping dengan kulit seolah mereka habis membongkar mesin atau mandi di lumpur. Dan mereka seolah tak peduli dengan penampilan mereka. Dengan santainya beberapa dari mereka termasuk anak-anak tidur di lantai kereta.
Yang preman tampak benar-benar berkesan sebagai orang jahat, yang miskin tampak benar-benar sengsara. Bahkan orang gila yang ikut naik tampak benar-benar seperti orang gila yang pura-pura normal. Semuanya berbeda dengan apa yang kita lihat sehari-hari. Mungkin biasanya kita bekerja dan berjumpa dengan orang-orang rapi dan sekarang kita tersadar bahwa ada dunia lain disini.
4. Suasana Yang Aneh.
Kami pernah naik KRL kelas AC (Comuter Line). Disana susana akan senyap, rapi. teratur, tenang. Jarang orang yang berteriak, tertawa, menyapa. Semuanya akan berpikir masing-masing dan tak mau menggangu penumpang lain (saling jaim). Tapi di kelas Ekonomi suasananya akan sangat bising, berdesakan, orang-orang berteriak, menelepon dengan suara lantang, anak-anak kecil menangis, saling bicara dan menyapa. Suasana tampak lebih hidup.
Tapi yang aneh adalah: meski suasan di kelas Ekonomi lebih hidup, sepertinya tingkat toleransi di kelas Ekonomi tidak sebaik di kelas Comuter Line. Jika di Comuter Line sudah biasa jika pria-pria muda akan memberikan tempat duduknya pada ibu-ibu yang berdiri. Lihatlah di kelas Ekonomi. Bahkan beberapa wanita tua yang nampak sudah keelelahan berdiri, akan dibiarkan. Pria-pria muda akan tertidur dengan lelapnya di kursi (entah benar-benar tidur atau tidak).
5. Pemandangan.
Jika semua pengalaman diatas adalah tentang ketidaknyamanan yang bisa ditimbulkan. Kali ini kami bagikan pengalaman serunya.
Serunya merasakan terpaan angin dirambut sambil memandang keindahan Jakarta tanpa tedeng aling-aling benar-benar menyenangkan. Jika kita mendekat ke arah jendela atau berpegangan di dekat pintu. Tubuh kita akan mendapatkan sensasi mirip naik wahana permaianan roller coaster (meski tidak seextreem itu).
Mungkin rasanya akan berbeda jika masing-masing mengalaminya sendiri. Rasa iba, kesal, jijik, takut, senang akan bercampur aduk. Dan saat kita sampai stasiun tujuan, kita akan sedikit berubah. Mungkin sudut pandang kita akan berubah. Kita akan tahu bahwa dunia lebih luas dari yang kita rasa. Dan semua ini tidak melulu hanya tentang kita.
Lalu tentang beberapa ketidaknyamanan yang kami dapatkan, kami mengingatkan kembali tentang harga tiketnya. Jakarta-Bogor hanya dua ribu rupiah, apa yang boleh kami harapkan?.
Lalu tentang beberapa ketidaknyamanan yang kami dapatkan, kami mengingatkan kembali tentang harga tiketnya. Jakarta-Bogor hanya dua ribu rupiah, apa yang boleh kami harapkan?.
0 komentar:
Posting Komentar