Semua anak-anak pasti akan kena dampaknya. Namun mungkin pada usia tiga tahun kebawah, mereka tidak akan begitu mengerti apa yang sedang terjadi. Pada usia itu mereka akan hanya menanggapi keadaan emosional orangtua mereka dan mereka akan jadi sedikit tidak mau makan, mengompol atau sering menangis atau sering muntah. Semuanya akan kembali pulih dan terbiasa jika orang-orang disekitar pandai mengatur emosinya.
Namun pada anak tiga tahun keatas hingga sepuluh tahun, biasanya anak akan merasa sedang dihukum saat mereka harus pindah rumah dan hanya tingal bersama salah satu dari orang tua mereka. Mereka akan merasa "apakah aku nakal? apakah yang sudah aku lakukan?". Namun ini berlangsung cepat dan semua akan pulih kembali jika orangtua bisa pandai menjelaskan keadaanya dan mencoba melakukan semuanya dengan normal, seperti tidak menunjukan konflik orang tua pada anak-anaknya. Membagi intensitas kasih sayang yang seimbang antara ayah dan ibu. Atau sering-sering mengajak mereka bersosialisasi dengan keluarga lain yang juga sayang padanya. Mungkin awalnya mereka akan merasa malu atau arogan pada sekitarnya. Tapi itu hanya sementara sampai dia terbiasa.
Nah, dampak yang paling parah adalah yang terjadi pada anak usia sebelas hingga remaja.
Usia remaja saat dimana seseorang sudah mengerti banyak perasaan emosi. Marah, takut, sebal, dikhianati, rasa bersalah. Mereka tiba-tiba saja akan merasa dipaksa untuk jadi dewasa dan harus mengerti masalah orang tua mereka. Mereka akan punya tugas baru seperti menjaga saudaranya, menjaga ayah atau ibu mereka. Yang terberat adalah saat mereka seperti harus memilih antara ayah atau ibunya. Kasusnya hampir sama dengan saat salah satu orang tua meninggal, tapi disini perbedaanya adalah seorang anak akan merasa ditinggalkan secara sengaja karena salah satu dari mereka kurang sayang pada yang lain. Perasaan sakit ini akan terus membekas hingga ia dewasa.
Berikut adalah sebuah hasil survey yang dilakukan pada mahasiswa yang orangtuanya bercerai saat usia mereka masih muda. Meski tak menunjukan dampak luarbiasa seperti penyakit mental atau kegagalan sosialisasi atau kecerdasan yang menurun. Namun survey ini menunjukan bagaimana gambaran besarnya efek psikologis perceraian orang tua bagi mereka.
1. Aku akan menjadi pribadi yang berbeda jika orang tuaku tidak bercerai.
2. Hidupku akan berbeda jika orangtuaku masih bersama.
3. Aku akan menjadi pribadi yang berbeda jika ayahku lebih banyak berperan dalam hidupku.
4. Aku khawatir saat membutuhkan kedua orangtuaku pada acara tertentu sementara mereka sudah bercereai.
5. Aku merasa punya masa kecil yang kurang membahagiakan dari pada anak kecil kebanyakan.
6. Aku sangat kehialangan saat menyadari bahwa ayahku pergi.
7. Aku masih terus berjuang untuk mengerti mengapa orang tuaku bercerai.
8.Masa kanak-kanakku seperti tiba-tiba dipangkas habis.
9. Terkadang aku berpikir akan lebih bahagia jika ayahku lebih menyayangiku.
10. Aku merasa hancur untuk mengingat-ingat itu lagi.
Sumber: Laumann-Billings, L. &. Emery, R.E. (2000). Distress among young adults from divorced families.
Journal of Family Psychology, 14, 671-687.
1 komentar:
nice post gan. nambah wawasan.
Posting Komentar