Fenomena Menjual Organ Tubuh

     Jika kita terdesak masalah keuangan, dalam hal ini pilihannya hanya penjara dan malu, lalu melihat keluarga yang tertekan karena kemiskinan. Apa yang kita lakukan? Mungkin satu-satunya yang kita punya dan bisa dijual adalah organ tubuh. Kita tak bisa menyalahkan kecuali dengan segera membantunya, jika hanya bicara memang takkan merubah apapun. Jadi serba salah.

     Penjualan organ memang dilarang, yang mengakibatkan pasar gelap penjualan ginjal semakin ramai. Terlepas dari dilarang atau dosa, fenomena yang ada dalam bidang kesehatan, donor ginjal memang sangat dibutuhkan. Bayangkan saja, diperkirakan 18 orang meninggal setiap hari gara-gara tidak mendapatkan donor organ. Sementara tidak semua orang mau dan rela mendonorkan organnya meskipun dengan bayaran fantastis.

     Jika belum percaya, ketiklah di google “jual organ, jual darah atau jual ginjal”, dan lihatlah hasilnya. Ribuan orang ingin menjual organnya gara-gara terdesak/ terlilit hutang, mereka meinta bayaran sekitar 250 juta hingga 500 juta, bahkan ada yang meminta dua milyar. Miris tapi memang terjadi.

     Sebenarnya, baik bagi si pendonor dan penerima, keduanya memang saling membutuhkan satu sama lain. Si penerima mendapatkan kehidupan baru dan si pendonor juga lepas dari kesulitan (biasanya soal keuangan). Namun yang perlu di perhatikan adalah, resiko yang di ambil sangatlah besar.

     Bagi penerima sendiri, bisa jadi tubuh menolak organ baru itu, setelah membayar rata-rata ratusan juta ternyata tidak berguna dan malah menghantarkannya pada kematian. Bagi se penerima tentu resikonya besar jika terjadi komplikasi yang tentu saja mengarah  pada kematian pula. Ba nyak orang yang mendonorkan organ, beberapa tahun kemudian kesehatannya turun hingga meninggal, tapi bagaimana jika mereka menatakan bahwa, "lebih baik mati dengan tenang tanpa hutang ketimbang hidup bergelimpangan utang."

     Jika bagi si penerima, uang bukan apa-apa, dan bagi si penerima, hidup mereka tak ada gunanya jika hanya menyusahkan orang dan diri sendiri gara-gara uang, tentu saja transaksi penjualan organ mau tak mau bisa terjadi.

     Dunia memang semakin asing buat kita. Jika kita dulu sangat menghargai hidup hingga manusia bisa berhasil berkembang biak sampai saat ini di banding penghuni bumi yang lain, sekarang secara perlahan manusia mulai menghargai hidup dengan sejumlah uang. Entahlah apa yang terjadi, mungkin karena kesalahan sistem tatanan dunia (keuangan, sosial dan individu) yang sudah terjadi dan bergulir begitu saja.

     Jika ini terus berlanjut, bukan tak mungkin suatu saat semua orang ingin menjual organ tubuhnya, semua bersaing menawarkan organnya demi sejumlah uang dan saat itu harga kehidupan pasti sudah sangat rendah. Karena yang terjadi bukan pendonor yang di cari penerima organ, tapi pendonorlah yang mencari-cari penerima organ. Mereka bersaing menjual organnya semurah mungkin agar cepat laku. Menakutkan!

Artikel Terkait Lainnya: