Salah satu tempat yang jarang dikunjungi di Daerah Yogyakarta namun memiliki kualitas liburan yang istimewa adalah Air Terjun Sri Gethuk. Menurut pemandu rombongan kami, air terjun yang punya nama asli Sri Kethuk ini, mulai secara resmi dibuka sebagai salah satu tempat wisata pada tahun 2010. Saat kami berkunjung kesana, pengunjung hanya sekitar dua ratus orang sejak pagi hingga sore hari. "Kalau hari libur, biasaya 800an orang perhari datang kesini," ucap pemandu kami.
Untuk mencapai tempat wisata ini, kami harus naik ke Gunung Kidul dari Yogyakarta. Tujuh kilometer sebelum masuk kawasan air terjun Sri Gethuk, kita akan melalui medan yang tak bisa dibayangkan. Jalanan tanpa aspal, berbatu, sempit, berkelok naik-turun dan diapit oleh hutan Jati dan perkebunan kayu putih. Kita tidak akan percaya bahwa jalan ini akan mengantarkan kita ke tempat wisata yang sangat menawan.
Untuk masuk kawasan ini, kita akan dimintai biaya parkir lima ribu rupiah termasuk parkir gratis. Sebagai saran, jika kita berniat datang berkunjung menggunakan kendaraan. Pastikan tangki bensin dalam keadaan penuh. Atau jika menggunakan mobil, pastikan ban cadangan kita benar-benar bagus.
Jauhnya perjalanan dan sulitnya medan yang dilalui akan terbayar jika kita sampai. Di pintu masuk air terjun kita akan diberi tiga pilihan. Pertama jika kita akan berjalan mendekat ke air terjun kita tidak akan dikenakan biaya apapun. Kedua jika kita hendak naik perahu sampai tepat dibawah air terjun, kita akan kena biaya tambahan 10.000 rupiah. Ketiga jika kita ingin paket rafting (petualangan berenang), kita dikenakan biaya 30.000 rupiah. Paket ini termasuk penitipan (juru bawa barang-barang) gratis, peralatan keamanan untuk sepuasnya berenang, juru foto gratis yang memotret semua aksi kita dan naik perahu menuju air terjun. Ada juga paket tambahan 25.000 rupiah untu mencoba wahana flying fox sepanjang 125 meter. Kami mengambil paket ketiga dan paket tambahan.
Saat naik perahu menuju lokasi air terjun, kami menikmati suasana air hijau kebiruan, bersih, segar. Suasa pegunungan yang sejuk membuat kami ingin segera berenang mencebur ke sungai. Tapi menurut pemandu, beberapa titik terdapat karang tajam dan batu besar bawah air yang bisa membahayakan. Kedalaman aliran sungai pun bervariasi dari 30 centimeter,30 meter hingga tak diketahui. Jadi kami berusaha selalu bertanya. "Apa berenang disini aman? Apa ini aman?" untuk keselamatan kami sendiri.
Perahu menyandar tepat dibawah air terjun. Airnya bercipratan, dingin menerpa tubuh kami. Sang juru foto segera memberi tahu titik-titik bagus untuk mengambil gambar. Dan barang-barang bawaan kami sudah aman oleh juru bawa barang.
Selesai berfoto kami mendapatkan pelampung dan segera mlompat ke aliran sungai "BURR!!" Kami ditunjukan tempat yang kedalamannya hanya tiga meter. "Disini aman untuk berenang", kata pemandu kami.
Jika kita sudah puas berenang, sekarang saatnya tour sungai. Kami kembali ke pos awal dengan cara berenang-renang mengikuti arus sambil menikmati indahnya dinding sungai yang tergerus aliran air. Kadang arusnya deras, kadang tenang hingga kita harus berenag agar terus bergerak mengkuti pemandu. Keadaannya mirip dinding-dinding dalam gua. Pemandu akan mulai bercerita tentang sejarah air terjun ini. Sejak pertama kali ditemukan, mitos-mitosnya, hewan-hewan yang hidup, gua-gua pendek di sisi-sisi sungai serta nama-nama tiap sudut sungainya.
"Sekarang kita sedang berenang di atas titik sungai yang namanya teleng, "ucap pemandu kami. "Kenapa dinamakan teleng (tidak tampak)? karena kedalamannya tidak diketahui, terlalu dalam untuk diselami sampai dasarnya." Otomatis kami membayangkan sedalam apa perairan yang sedang kami apungi ini. Rombongan otomatis saling merapat satu sama lain, kami tentu saja ngeri membayangkan kemungkinan apa saja yang bisa terjadi di perairan sedalam itu.
Beberapa kali kaki kami tersandung batuan karang didalam, cukup sakit tapi tidak sampai melukai. Untung saja kami menyewa pemandu untuk berenang, jika tidak mungkin kaki kami sudah luka-luka karena tak ada yang memberi tahu titik-titik batu berbahaya.
Sampai di pos awal kami di tunjukan tempat bilas langsung dari sumber mata air. Air yang keluar dari dalam batu sangat bening dan sejuk. Kami asik bermain-main disana sampai pemandu kami mengatakan bahwa kini saatnya flying fox. Kami benar-benar exited.
Untuk itu kita harus berjalan beberapa ratus meter untuk sampai di start wahana. Medannya sedikit menanjak dan dihiasi persawahan dikiri dan kanannya. Saat sampai disana, kita pasti akan sedikit ketakutan melihat tingginya tebing ini. Tapi inilah yang jadi tantangan.
Satu, dua dan tiga..... kami mulai meluncur satu persatu dari ketinggian ini.
Pergerakan sekitar dua puluh meter per detik. Kita bisa menikmati aliran sungai jauh dibawah kita, angin yang menerpa dan pemandangan bukit-bukit disekitar. Saat hampir sampai finish juru foto kita telah bersiap mengambil gambar. CHESEEEE.... KLIK!
Dan saatnya ganti baju lalu pulang.
Sesusai pengalaman kami, pemandu, juru foto dan juru barang benar-benar ramah. Kita akan benar-benar akan meraskan suasana liburan yang takkan terlupa.
Dalam perjalanan pulang kami sempatkan makan jagung bakar seharga 5000 rupiah dan susu hangat 6000 rupiah di Bukit Bintang. Dari sini kami bisa melihat sunset dan seluruh kota Yogyakarta berkelip-kelip dibawah. Hari yang menyenangkan diakhiri dengan suasana yang sangat romantis.
Dalam perjalanan pulang kami sempatkan makan jagung bakar seharga 5000 rupiah dan susu hangat 6000 rupiah di Bukit Bintang. Dari sini kami bisa melihat sunset dan seluruh kota Yogyakarta berkelip-kelip dibawah. Hari yang menyenangkan diakhiri dengan suasana yang sangat romantis.
4 komentar:
keren - keren mas
seruuuu ya mas....Memang keindahan alam membuat adem yang menikmatinya
Wahh asik nih kalo liburan ke airterjun. . .
Mantab Euy....
Posting Komentar